Pada tahun 2007, sebelum ada prodi kedokteran gigi. Salah satu pendiri Kedokteran Gigi Unjani, Prof. Rachman ardan pada saat itu masih bertugas dalam proses menjadi guru besar UNPAD. Beliau diprediksi akan menjadi guru besar UNPAD sebelum tahun 2008. Pada suatu saat, Prof. Ardan diminta oleh Prof. Udju di UNPAD yang pada saat itu merupakan sekretaris senat Unjani untuk mengunjungi Unjani. Beliau kemudian memutuskan untuk ikut berkunjung ke UNJANI. Tujuan awal dari beliau untuk mengunjungi Unjani adalah hanya untuk melihat-lihat keadaan Unjani pada saat itu. Akhirnya dengan ditemani oleh Prof. Udju beliau berangkat dari jatinangor ke Unjani. Sesampainya Prof. Ardan di Unjani, ternyata beliau dipertemukan dengan Rektor Unjani yang pada saat itu Mayjen Heryono yang merupakan seorang psikolog. Rupanya pada saat itu, Rektor beserta peserta senat yang lain ingin mendirikan prodi kedokteran gigi. Pada saat itu, Prof. Ardan terkejut dan tidak langsung menyetujui hal tersebut dikarenakan menurut beliau dalam mendirikan sebuah prodi dibutuhkan persiapan yang sangat panjang, sedangkan beliau menganggap dirinya belum ahli dan belum mendalami lika liku perizinan dalam mendirikan suatu prodi. Oleh karena itu, Prof. Ardan meminta waktu selama satu minggu untuk mempersiapkan diri, bila sudah siap dan jelas mengenai perizinan dan langkah-langkahnya, maka beliau akan menghadap kembali.
Prof kemudian teringat dengan sahabatnya yang juga merupakan dokter spesialis prosto di Unpad, yaitu drg. Muslich yang pada saat itu sudah lebih dahulu pensiun dibandingkan Prof. Ardan sendiri. Prof Ardan kemudian menceritakan rencana Unjani yang akan mendirikan prodi gigi kepada drg. Muslich. Beliaupun menceritakan ketidaksiapannya dalam permintaan tersebut tanpa ada bantuan dari teman yang berpengalaman. Menurut Prof. Ardan, drg. Muslich merupakan sosok yang lebih berpengalaman dan memiliki jejaring luas dibanding beliau selain itu sosoknya pun sangat dikenal di Jakarta. Drg muslich kemudian menyetujui untuk membantu Prof. Ardan. Pada akhirnya, mereka pun menyanggupi untuk mendirikan program studi kedokteran gigi di Unjani dan mulai menyusun tim yang terdiri dari drg. Muslich, Prof. Udju dan Prof. Ardan.
Langkah pertama yang tim tersebut lakukan adalah dengan menyusun proposal. Drh. Sayu merupakan tokoh yang memiliki peran dalam membantu mengetik proposal. Kemudian mereka melakukan studi banding ke Semarang, Jogjakarta, dan Solo pada tahun 2008 yang pada saat itu Prof. Ardan sudah berhenti menjadi guru besar di Unpad. Penyusunan proposal dilakukan pada tahun 2008-2009 yang selanjutnya akan diajukan ke KKI (Konsil Kedokteran Indonesia) yang nantinya akan dievaluasi dan dibuat penilaian untuk kemudian direkomendasikan ke dikti dengan harapan dikeluarkan perijinan untuk mendirikan prodi kedokteran gigi oleh dikti.
Pada awal tahun 2009 sudah dapat diprediksi bahwa rencana untuk didirikan prodi ini akan disetujui dan direkomendasikan oleh KKI. Oleh karena itu, prodi mulai menarik mahasiswa (Close recruitment) walaupun pada saat itu surat rekomendasi belum ada, dan hasil evaluasi KKI tersebut baru dikeluarkan pada akhir 2009 / tahun 2010. Disusul dengan keluarnya perizinan dari dikti pada bulan Oktober 2010. Menjadi awal berdirinya prodi kedokteran gigi unjani secara resmi. Angkatan pertama, yaitu angkatan 2009 terdiri atas 10 orang mahasiswa. Sedangkan, pada saat itu kedokteran gigi belum resmi berdiri karena yang menyatakan secara resmi berdirinya suatu prodi adalah SK dari dikti yang pada saat itu belum keluar. Oleh karena itu untuk sementara 10 mahasiswa yang sudah diterima sebagai mahasiswa kedokteran gigi pertama Unjani, dimasukkan kedalam mahasiswa kedokteran umum yang jauh sebelumnya sudah lama secara resmi berdiri.
Karena belum adanya tempat, kegiatan perkuliahan dilakukan secara bergabung dengan kedokteran umum. Tempat yang digunakan yakni Gedung Serba Guna (GSG) yang pada saat itu masih sangat sederhana, kemudian terpikirkan oleh Prof. Ardan untuk diadakan ruangan praktikum khusus untuk kedokteran gigi yang pada saat itu belum ada. Karena Unjani merupakan universitas yang dinaungi oleh yayasan angkatan darat, maka dekan melakukan kerjasama dengan Rumah Sakit Dustira karena Unjani yang akhirnya diberikanlah sebuah ruangan yaitu bangsal nomor 8 untuk ruangan praktikum kedokteran gigi. Namun kondisi bangsal tersebut harus direnovasi terlebih dahulu sebelum dapat digunakan, akhirnya bangsal tersebut digunakan sebagai ruang skill lab, dan menjadi ruangan skill lab pertama dalam sejarah Kedokteran Gigi Unjani sebelum didirikannya ruangan skill development baru pada tahun 2016/2017, yang saat ini berada dibelakang Gedung Hindarto Joesman dan sampai sekarang masih digunakan.
Dalam kurun waktu 1-2 tahun setelah prodi kedokteran gigi berdiri secara resmi idealnya sudah mempunyai Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) sendiri untuk kegiatan mahasiswa profesi. Namun keadaan krisis pada saat itu teratasi dengan bantuan yayasan, sehingga pada saatnya didirikanlah RSGMP Unjani di jalan encep kartwirija yang sampai sekarang masih aktif digunakan dan berkembang.
Pada awal efektifnya pembelajaran berlangsung, dosen yang berperan yaitu drg. Hillda, drg. Seto, dll. Sulitnya mencari tenaga pengajar dikarenakan lamanya waktu pengangkatan menjadi dosen tetap, menyebabkan keluar masuknya calon dosen tetap di Program Studi Kedokteran Gigi Unjani. Pada saat itu pihak yayasan belum terlalu menganggap serius atas hal ini karena yayasan cenderung membandingkan kebutuhan dosen dengan fakultas lain yang tiap prodinya cukup hanya terdiri dari 6 orang tenaga pengajar. Padahal, dengan adanya sistem pembelajaran berupa student center, modul dan sistem blok yang dimiliki oleh Fakultas Kedokteran, khususnya prodi kedokteran gigi dibutuhkan jumlah dosen yang cukup banyak. Barulah pada tahun 2013/2014 terdapat pengumuman dari dikti mengenai proporsi perbandingan antara dosen dengan mahasiswa yang menyebabkan peringkat unjani turun dengan jelas. Sejak itu barulah yayasan memusatkan perhatiannya terhadap jumlah tenaga pengajar di prodi kedokteran gigi.
Secara formal 2010 kedokteran gigi berdiri, untuk kedepannya Prof optimis bahwa kita jauh lebih baik dibanding dengan prodi gigi lain dalam adanya RSGMP, kondisi kampus yang nyaman, dan gedung pembelajaran yang digunakan, walaupun belum memiliki dekanat. Dahulu dekanat menerima info rencana dari pimpinan universitas akan dibangun gedung dekanat untuk kedokteran gigi yang sampai saat ini baru sekedar wacana belum jelas pelaksanaanya. “Kemarin ketemu dengan WR 4 Pak Dedi apabila FISIP selesai baru bangun dekanat gigi masih wacana.” (2 minggu lalu sebelum pengambilan rekaman: 2018-09-25) dan optimis dapat membangun dekanat sendiri dan menjadi fakultas.
Sumber : Prof. Dr. Rachman Ardan,drg.,Sp.Pros